Profil Kampus
Dasar Pemikiran
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia. Terbukti, dalam banyak segi kehidupan, kemajuan-kemajuan itu telah membawa perubahan besar dan cepat dalam kehidupan kita. Tanpa kita sadari, seringkali perubahan besar dan cepat itu melampaui kesiapan kita, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat untuk mengantisipasinya.
Transformasi menuju era informasi, misalnya, selain menjanjikan kehidupan yang lebih produktif dan nyaman, juga menuntut prasyarat tertentu dan juga membawa konsekuensi-konsekuensi yang luas dan mendalam. Hal ini tidak terlepas dari tatanan baru yang diusungnya.
Dalam kehidupan keseharian kita menemukan banyak sekali fenomena tersebut. Moralitas baru yang berlaku di dalam masyarakat industri atau masyarakat modern, yakni rasionalisme ekonomi, misalnya, mengharuskan individu atau masyarakat untuk menghargai maksimalisasi pendapatan, etos kerja dan profesionalisme. Bermula dari semata-mata rasionalisasi di bidang ekonomi ini, moralitas baru tersebut kemudian merembes ke bidang-bidang yang lain, termasuk di dalamnya adalah bidang pendidikan, kehidupan intelektual, hubungan sosial, sikap, kultur, ukuran-ukuran emosional, nilai-nilai, moral, dan bahkan juga spiritual.
Tampak di sini bahwa dinamika masyarakat mendatang (modern) menghadirkan sederet tantangan sekaligus peluang dan kesempatan yang memerlukan perangkat tertentu dan kesadaran baru pada tataran individu maupun masyarakat. Memang, dalam batas-batas tertentu, upaya untuk mempersiapkan perangkat dan kesadaran baru itu telah banyak ditawarkan. Berbagai rekomendasi yang merupakan hasil seminar dan kajian juga tak pernah melupakan masalah ini.
Salah satu rekomendasi yang paling sering kita dapatkan adalah perlunya segera dilakukan pengintegrasian ilmu dan moral. Hal ini dimaksudkan untuk memberi arah bagi perkembangan teknologi sehingga mampu menjamin masa depan kehidupan umat manusia; bukan malah sebaliknya menjadi potensi ancaman bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri.
Dalam konteks inilah agama dan lembaga-lembaganya dituntut untuk memberikan jawaban konkritnya. Jika tidak, agama bukan saja dipertaruhkan eksistensinya sebagai pedoman hidup bagi manusia, bahkan masa depan agama akan terancam.
Sebagai lembaga pendidikan agama, dengan sendirinya pesantren menjadi ikut tergugat untuk bersama-sama menjawab tantangan konkrit tersebut. Modal untuk berpartisipasi ke arah tersebut memang dimiliki oleh pesantren. Kita bisa temukan bahwa sebagai lembaga pendidikan agama yang sudah cukup berumur, pesantren memiliki khazanah keilmuan dan tradisi yang khas. Ini semua diperoleh dari hasil dialog yang kreatif dan penghayatan yang intensif terhadap nilai dan norma ajaran agama Islam dengan problema riil di masyarakat. Lebih jauh lagi, dalam perspektif futuristik, kita juga melihat bahwa khazanah keilmuan pesantren yang kaya itu dapat dimanfaatkan untuk memberikan keseimbangan, baik pada tataran konsep maupun dalam tataran praksis.
Dalam tataran konsep, khazanah keilmuan pesantren sudah lebih dari cukup untuk mengintegrasikan ilmu dan nilai moral. Sedangkan dalam tataran praksis, khazanah keilmuan pesantren dapat memberikan rambu-rambu normatif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjamin kehidupan dan kehormatan umat manusia.
Dengan kata lain, kita sangat sepakat dengan rekomendasi pengintegrasian ilmu dan moral ini. Jika kita dapat merancang dan melaksanakan pengintegrasian ilmu dan moral, minimal ada dua keuntungan yang dapat dipetik. Pertama, tradisi intelektual pesantren yang merupakan hasil penghayatan terhadap norma ajaran Islam akan mendapat justifikasi dalam disiplin ilmu pengetahuan. Kedua, obyektifitas ilmu pengetahuan modern akan mendapatkan kembali justifikasi spiritual dan metafisisnya. Persoalan yang kemudian muncul adalah bagaimana cara menjembatani khazanah keilmuan dan tradisi yang baik di dunia pesantren dengan ilmu pengetahuan modern tersebut?Jawaban atas fenomena ini, salah satunya, adalah dengan memberikan bekal ilmu alat atau metode (thariqah) kepada santri-santri di pesantren. Dengan bekal ilmu tersebut maka isi (maddah) yang berupa khazanah ilmu keagamaan yang sangat kaya yang dimiliki pesantren akan dapat terkomunikasikan kepada masyarakat modern.