Halaqoh Fiqih Peradaban di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang




STAIMA - Badan Pengurus Nahdhatul Ulama (BPNU) menggandeng Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang menggelar Halaqah Fiqh Peradaban yang mengusung tema Fikih Siyasah dan Tatanan Dunia Baru yang bertempat di Gedung Induk Lt. 3 Al-Hikam. Acara ini disiarkan langsung melalui akun youtube Al-Hikam TV dan dihadiri oleh berbagai jajaran pengurus NU hingga perwakilan dari beberapa pesantren di kota Malang (29/10).

 “Halaqoh ini adalah bagian dari sosialisasi penyamaan presepsi yang digagas ketua umum PBNU terkait perubahan tatanan dunia baru yang dibentuk dalam kegiatan ruang diskusi” tutur KH. Moh. Nafi’, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang.

Untuk menyukseskan acara, forum diskusi ini dihadiri oleh 3 narasumber meliputi Dr. KH. Ahmad Fahrur Rozi selaku ketua PBNU, Drs. KH. Attoillah Wijayanto selaku ketua LBM PC NU Malang sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Huda Malang, dan Dr. KH. Abdul Muqsith Ghazali, MA selaku KATIB PBNU yang langsung dimoderatori oleh ketua STAI Ma'had Aly Al-Hikam Malang, Dr. Mohammad Nurcholiq, M.Pd

Dr. KH. Ahmad Fahrur Rozi mengatakan dalam forum diskusi bahwa fiqh mengalami perkembangan karena berbagai kasus baru yang ada. Sehingga fikih membutuhkan konseptualisasi yang dinamakan fikih siasat. Adapun tujuannya adalah untuk menolak kedzoliman dan menarik kemaslahatan masyarakat.

“Politik itu perlu, guna kemaslahatan umat Islam. Jika umat islam tidak ada yang terjun didalamnya, maka pemerintahan akan dipegang oleh orang-orang yang tidak peduli dengan Islam” tambahnya.

Menanggapi  terkait perkembangan ilmu fikih,  Drs. KH. Attoillah Wijayanto menyampaikan bahwa fikih kini masih bersifat stagnan dalam perkembangannya, hingga perlu adanya kajian ulang di lingkup pendidikan pesantren. Perlunya pembaharuan seperti menggagas fikih siasat peradaban dalam tatanan dunia baru.

Tak kalah menarik, ada Dr. KH. Abdul Muqsith Ghazali, MA selaku KATIB PBNU yang membangkitkan suasana berpikir forum dengan  mengajak diskusi seluruh peserta terkait beberapa hukum. Beliau mengangkat contoh kasus realita yang ada dilingkungan sekitar sehingga pembahasan bisa diserap oleh seluruh peserta yang ada. 

“Indonesia adalah negara yang moderat. Bahkan dalam konfrensi yang pernah saya hadiri, salahasatu tokoh mengatakan bahwa negara Islam adalah negara paling tinggi toleransi dan demokratis” tambahnya.