Kebebasan Belajar di Era Super Smart Society



kegiatan-kampus,kegiatan-mahasiswa

STAIMA- Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (HMPS-PAI) STAI Ma’had Aly Al-Hikam Malang berkesempatan menyelenggarakan acara bedah buku dengan tema “Preferensi Flexible Learning Mahasiswa”. Rabu (31/05)

Acara yang bertempat di aula maqbaroh Gedung Baru STAIMA Al-Hikam Malang ini, diisi langsung oleh Dr. Rosidin, M. Pd. dosen pascasarjana sekaligus ketua P3M (Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat), Dr. Mochammad Nurcholiq, M. Pd  Ketua STAIMA Al-Hikam Malang, turut hadir menyampaikan dukungan sekaligus harapan adanya manfaat terkait terlaksananya acara ini.

“Ada 3 manfaaat yang didapatkan, yaitu bagi Pak Rosidin sendiri, peserta, dan percetakan. Pertama, bagi penulis bisa mendapatkan masukan. Kedua, bagi peserta bisa mendapat inspirasi sekaligus modal sebuah problem selving di masyarakat. Dan ketiga bagi percetakan bisa mendapat profit laba” tuturnya dalam sambutan.

Selain itu, ada Muhammad Syauqillah, S.E.,M.E selaku sekretrasis prodi yang juga menyampaikan harapannya agar adanya acara ini mampu meningkatkan kualitas belajar yang tidak terbatas lingkup akademik, dan dapat menjadi tambahan pengalaman seluruh peserta.

Dr. Rosidin, M. Pd. menjelaskan bahwa era yang telah masuk society 5.0 (super smart society) tidak lagi menitikberatkan pada alat karena ranah pembelajaran masih terpusat pada era industry.  Bisa dikatakan bahwa yang harus berkembang adalah orangnya, smart people. Hal ini didukung dengan adanya 8 progam yang terfasilitasi melalui MBKM.

“ciri era society adalah pertama, siap menfasilitasi beragam kebutuhan masyarakat. Kedua, siap untuk menjadi pribadi yang multitasking. Ketiga, orang focus pada pelayanan prima berkualitas. Keempat, harapan hidup yang aman dan nyaman” tutur pria kelahiran Malang tersebut.

“ciri yang paling khas dalam era sekarang adalah User Generate Content, yaitu kecenderungan manusia yang mempercayai sesuatu setelah adanya testimoni dari pengguna atau orang lain. Sehingga, tidak perlu adanya promosi dalam menarik daya minat”. Tambahnya

Pengembangan dunia Pendidikan yang dipadukan dengan pengupasan isi buku, menggiring pemateri untuk membahas program yang sedang ada, yaitu MBKM yang mana tujuannya adalah seputar profil pelajar Pancasila. Salahsatu  wujud MBKM sendiri di perguruan tinggi adalah adanya program kampus merdeka belajar.

Beliau juga memaparkan bahwa dalam implementasi pembelajaran sendiri terbagi menjadi 3 cabang. Pertama, adanya pertukaran pelajar baik lingkup nasional maupun internasional. Kedua, penelitian yang mana mahasiswa dituntut membuat proposal penelitian selama 6 bulan tanpa adanya kelas perkuliahan. Dan ketiga, study independent yang artinya seseorang belajar sesuatu untuk menghasilkan produk atas suatu keterampilan.

 Dr. Rosidin, M. Pd. berbagi pengalaman melalui penelitian yang dilakukan, bahwa ada 2 masalah terkait adaptasi yang dialami mahasiswa, yaitu adanya rasa insecure karena kurangnya penguasaan terhadap teknik tertentu dan adanya rasa ‘ujub (merasa lebih hebat dari yang lain). Maka, perlu adanya penyesuaian dan peningkatan kualitas tiap individu kedepannya.

“Berbagai perubahan dunia pendidikan yang ada, seperti adanya  penerapan market  place guru oleh KEMENDIKBUD, Nadiem Makarim adalah hal baru yang perlu disesuaikan. Pendekatan yang digunakan tidak sepenuhnya konservatif dan juga tidak progressif 100%” tambahnya dalam sesi diskusi.