Kita Tidak Memiliki Diri Kita Sendiri




Didalam sebuah peristiwa atau wafatnya seseorang Rasulullah pernah bersabda, buat orang yang hatinya dan nuraninya masih bersih dan jalan fikirannnya masih lurus sebenarnya peristiwa kematian itu sendiri adalah sebuah nasehat. Disitu akan terasa gambaran makna yang sangat jelas, asalkan nurani kita masih sehat dan jalan fikiran kita masih lurus. Banyak nasihat yang ada didalam kematian itu. Tetapi yang paling utama adalah kalimat yang paling sering kita ucapkan tetapi belum tentu sering kita hayati dan kita resapi yakni kalimat yang menyatakan”innalillahiwainnailaihirojiun”. Sesungguhnya kami semua  itu milik Allah SWT. Artinya kita tidak memiliki diri kita sendiri. “Wainnailaihirojiun” dan kita mau atau tidak, percaya atau tidak, akan kembali kepada Allah SWT. Agama yang benar sebenarnya tidak menuju justifikasinya.  Kita percaya mati ya tetap mati, tidak percaya mati ya tetap mati, yang berani juga mati, yang takut mati malah lebih cepat mati dari pada yang tidak.

Saya lihat bapak-bapak tentara itu kalau masuk tentara sudah berani mati, tapi sampai tua masih gemuk-gemuk. Jadi kita ini terhadap diri kita hanya punya hak pakai dan tidak punya hak milik atas diri kita sendiri. Nyawa kita akan pergi, badan kita akan hancur. Kalau diri kita saja tidak kita miliki hanya kita gunakan, apa lagi orang lain apalagi harta, status, pangkat, dan sebagainya.

Timbulah sebuah pertanyaan, lalu sesungguhnya yang kita miliki sebenarnya apa kalau semuanya bukan milik kita. Nyawa bukan milik kita badan bukan milik kita  kita lahir tidak memilih orang tua dan kita hiduppun hidup ikhtiar. Itu karena kita telah diberi hardware dan software untuk bekerja, pada akhirnya kita juga menghadap kepada Allah subhanahuwata’ala.

Lalu apa yang menjadi milik kita sendiri. Amal inilah yang orisinil menjadi milik kita baik disini maupun di alam barzah maupun di waktu menghadap Allah SWT. Sehingga didalam penilaian kehidupan siapa yang terbaik dari kita adalah siapa yang mampu memproses pemberian Allah SWT menjadi amal. Yang dimaksud amal bukan sedekah. Sedekah itu bagian kecil dari amal. Perilaku, tindakan, karakter, dan apa saja  yang kita perbuat itulah menjadi amal kita . kalau baik ya baik kalau buruk ya buruk.

Allah SWT berjanji tidak akan menghilangkan amal kita “innallahalayudi’u amala amilin mingkum dzakarin aw ungsa” amal kita tidak akan hilang sekalipun tidak diakui orang bahwa itu amal kita. Bahkan kadang-kadang orang mencemo’oh atau membalas amal kita dengan perbuatan yang tidak baik. Sesungguhnya itu  tidak mempengaruhi apapun terhadap amal kita. Dan allah akan mengembalikan dengan cara cara yang baik.