Mendalami Filsafat Bismillah




Malang- Hasyim Muzadi menjelaskan makna penting dari kalimat yang sering umat muslim ucapkan yaitu Bismillahirrahmanirrahim. Bermula dari kata bismillahi, menurut Hasyim, kata itu bisa dimaknai dengan saya melakukan sesuatu atas nama siapa, apakah atas nafsu, kehendak sendiri atau yang paling tinggi atas nama Allah Swt. “Atas nama Allah itu adalah niat yang paling tinggi,” tutur Hasyim Muzadi dalam pengajian awal bulan pada Ahad (4/01) di Masjid Al-Ghazali, Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang.

Hasyim melanjutkan jika amal keduniaan diniati dengan kebaikan maka amal itu akan menjadi amal akhirat. Sebaliknya, jika diniati dengan salah amal akhirat bisa menjadi amal dunia. “Istigotsah kalau tujuannya untuk sukses pilkada ya kurang (berkualitas),” ucap pengasuh Pesma Al-Hikam Malang dan Depok itu. Maka kalimat bismillahi, tuturnya, memiliki tiga tujuan. Pertama, melakukan sesuatu berdasarkan perintah Allah (Awamirillahi), kedua, selama prosesnya niat mencari pertolongan Allah (Toliban Lima’unatihi) dan ketiga, untuk hasilnya memohon berkah Allah (barakatan linatijatihi).

Hasyim juga menjelaskan makna rahman. Rahman itu kasih sayang Allah untuk semua makhluk baik itu manusia, jin, hewan, malaikat, dst. Bahkan setan juga diberi Rahman Allah. Contohnya, tutur Hasyim, ketika setan berjanji akan menggoda seluruh manusia, Allah memberikan Rahman-Nya. “Kata Allah, goda saja manusia agar kamu memiliki banyak teman, kecuali (kamu tidak bisa menggoda) hamba-hambaku yang shalih,” ucap mantan ketua PBNU ini.

Rahman juga diberikan kepada seluruh manusia, jelas Hasyim, tidak peduli agama, suku, bangsanya dari mana. Hasyim bercerita jika orang kristen ramah dengan tetangga, masyarakatnya tentu rukun. Orang kristen yang disiplin dan rukun juga akan tentram. Sebaliknya, jika muslim tetapi mengabaikan nilai-nilai islam maka akan tertinggal bahkan bisa saling memusuhi dan membunuh. “Sehingga kesalahan orang Islam bukan hanya di Indonesia, tetapi di dunia juga adalah merasa sudah muslim maka semua urusannya selesai,” ucap Hasyim. “Merasa sudah muslim lalu tidak bekerja. Karena semua itu, tauhid ada tempatnya dan ikhtiyar juga ada tempatnya,” lanjutnya. Apalagi di dalam Al-Quran disebutkan bahwa umat Muhammad adalah sebaik-baiknya umat (Kuntum Khaira Ummatin), lalu merasa sudah baik kemudian tidak melakukan apa-apa. “Bukan seperti itu. Baik itu muslim atau non-muslim akan mendapatkan rahmannya Allah (sesuai sunnatullah)” jelas Hasyim.

Maka, lanjutnya, rahman Allah harus disandingkan dengan sifat rahim Allah. Rahim Allah adalah kasih sayang Allah yang khusus diberikan kepada orang-orang muslim. Kuncinya surga adalah tauhid kepada Allah. Maka orang kafir yang melakukan kebaikan hanya akan dibalas di dunia, sedangkan muslim yang shalih akan dibalas sampai di akhirat. “Sebenarnya jika dibandingkan dengan akhirat, dunia tidak ada apa-apanya. Namun dunia memiliki peran penting dalam menentukan akhirat kita,” tutur Sekretaris Jendral ICIS ini. Hasyim menerangkan bahwa seorang muslim harus melakukan sesuatu yang didasari rahman dan rahim-Nya secara proporsional.

Dalam akhir tausiahnya, Hasyim menjelaskan di tengah zaman yang sulit, dimana kebathilan dianggap benar dan kebenaran dianggap bathil maka kuncinya kembali kepada Al-Quran dan shalawat Nabi. “Makanya jamaah khataman diperbanyak, masyarakat digerakan bershalawat,” pesan Hasyim Muzadi. (Sabiq Al-Aulia Zulfa)