2003@staima-alhikam.ac.id +6281259438226

Muhammad Syauqillah, Akademisi STAIMA Al-Hikam Angkat Isu Global di Forum Internasional SARIRA 2025

  • M. Miftahul Aziz, M.Pd.
  • Disukai 1
  • Dibaca 31 Kali
Akademisi STAIMA Al-Hikam, Muhammad Syauqillah, S.E., M.E. Angkat Transformasi Ekonomi Hijau di Forum Internasional SARIRA 2025

STAIMA - Muhammad Syauqillah, S.E., M.E., Kaprodi Ekonomi Syariah sekaligus dosen STAIMA Al-Hikam Malang, tampil sebagai presenter dalam ajang bergengsi Said Annual Roundtable on Indonesia and Religious Affairs (SARIRA) 2025.(28/8).

SARIRA 2025 membuka Call for Papers dengan mengusung tema besar “Religion and Ecology for Sustainable Development.” Kegiatan ilmiah bergengsi ini diselenggarakan pada 27-28 Agustus 2025 di Surakarta.

Sejumlah tokoh dan akademisi ternama, baik dari dalam maupun luar negeri, hadir sebagai pembicara utama. Di antaranya, Prof. Dr. Toto Suharto (Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta), Faried F. Saenong (Staf Khusus Kemenag RI), Dr. Reza Shaker (Leiden University), dan Prof. Talip Küçükcan (Duta Besar Turki untuk Indonesia).

Selain itu, SARIRA 2025 juga dihadiri oleh pakar-pakar dari berbagai universitas terkemuka seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Sebelas Maret (UNS), hingga University of Maryland dan University of Wisconsin.


Pada kesempatan tersebut, Syauqillah mengangkat tema strategis bertajuk “Transformasi Ekonomi Hijau Sebagai Fondasi Pembangunan Masyarakat Madani.”

Dalam paparannya, Syauqillah menekankan bahwa transformasi menuju ekonomi hijau harus dipandang sebagai paradigma baru pembangunan yang mampu menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Lebih dari sekadar mendorong pertumbuhan ekonomi, konsep ini diyakini dapat menjadi solusi untuk menjaga kelestarian alam sekaligus meningkatkan kesejahteraan sosial dengan menjadikan prinsip-prinsip syariah sebagai pijakan utamanya.

“Ekonomi hijau bukan hanya berbicara soal pertumbuhan, tetapi juga tentang keadilan sosial, keberlanjutan, dan tanggung jawab moral terhadap lingkungan,” tegasnya.


Ia menambahkan, integrasi kebijakan ramah lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana sangat penting untuk menciptakan tatanan masyarakat madani yang berkelanjutan. Karena itu, kolaborasi lintas sektor pemerintah, dunia usaha, hingga masyarakat menjadi kunci dalam mewujudkan ekosistem ekonomi hijau yang inklusif.

Lebih jauh, Syauqillah menyampaikan harapan agar Indonesia mampu menjadi model global dalam penerapan ekonomi hijau yang holistik. “Kita ingin keberlanjutan tidak hanya menjadi pilihan, tetapi kebutuhan mendasar dalam membangun masa depan yang lebih baik dan berkeadilan,” ujarnya.

Melalui gagasan tersebut, STAIMA Al-Hikam Malang sekaligus menegaskan komitmennya untuk berperan aktif dalam wacana pembangunan berkelanjutan, menjadikan ekonomi hijau sebagai fondasi kuat bagi lahirnya masyarakat madani yang modern, adil, dan berdaya saing.