Muhammad Syauqillah, Akademisi STAIMA Al-Hikam Angkat Isu Global di Forum Internasional SARIRA 2025

STAIMA - Muhammad Syauqillah, S.E., M.E., Kaprodi Ekonomi Syariah
sekaligus dosen STAIMA Al-Hikam Malang, tampil sebagai presenter dalam ajang bergengsi
Said Annual Roundtable on Indonesia and Religious Affairs (SARIRA) 2025.(28/8).
SARIRA 2025 membuka Call for Papers dengan mengusung tema besar
“Religion and Ecology for Sustainable Development.” Kegiatan ilmiah bergengsi ini
diselenggarakan pada 27-28 Agustus 2025 di Surakarta.
Sejumlah tokoh dan akademisi ternama, baik dari dalam maupun luar
negeri, hadir sebagai pembicara utama. Di antaranya, Prof. Dr. Toto Suharto
(Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta), Faried F. Saenong (Staf Khusus Kemenag
RI), Dr. Reza Shaker (Leiden University), dan Prof. Talip Küçükcan (Duta Besar
Turki untuk Indonesia).
Selain itu, SARIRA 2025 juga dihadiri oleh pakar-pakar dari
berbagai universitas terkemuka seperti Universitas Gadjah Mada (UGM),
Universitas Sebelas Maret (UNS), hingga University of Maryland dan University
of Wisconsin.
Pada kesempatan tersebut, Syauqillah mengangkat tema strategis
bertajuk “Transformasi Ekonomi Hijau Sebagai Fondasi Pembangunan Masyarakat
Madani.”
Dalam paparannya, Syauqillah menekankan bahwa transformasi menuju
ekonomi hijau harus dipandang sebagai paradigma baru pembangunan yang mampu
menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Lebih dari sekadar
mendorong pertumbuhan ekonomi, konsep ini diyakini dapat menjadi solusi untuk
menjaga kelestarian alam sekaligus meningkatkan kesejahteraan sosial dengan
menjadikan prinsip-prinsip syariah sebagai pijakan utamanya.
“Ekonomi hijau bukan hanya berbicara soal pertumbuhan, tetapi juga
tentang keadilan sosial, keberlanjutan, dan tanggung jawab moral terhadap
lingkungan,” tegasnya.
Ia menambahkan, integrasi kebijakan ramah lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana sangat penting untuk menciptakan tatanan masyarakat madani yang berkelanjutan. Karena itu, kolaborasi lintas sektor pemerintah, dunia usaha, hingga masyarakat menjadi kunci dalam mewujudkan ekosistem ekonomi hijau yang inklusif.
Lebih jauh, Syauqillah menyampaikan harapan agar Indonesia mampu
menjadi model global dalam penerapan ekonomi hijau yang holistik. “Kita ingin
keberlanjutan tidak hanya menjadi pilihan, tetapi kebutuhan mendasar dalam
membangun masa depan yang lebih baik dan berkeadilan,” ujarnya.
Melalui gagasan tersebut, STAIMA Al-Hikam Malang sekaligus
menegaskan komitmennya untuk berperan aktif dalam wacana pembangunan
berkelanjutan, menjadikan ekonomi hijau sebagai fondasi kuat bagi lahirnya
masyarakat madani yang modern, adil, dan berdaya saing.