Pakar STAIMA Ajak Mahasiswa Peduli Pencegahan Dan Penangan Kasus Kekerasan Pada Anak



kegiatan-kampus,nasional

STAIMA - Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia berada pada status darurat kasus kekerasan, khususnya pada kelompok rentan yaitu anak dan perempuan. Ruang lingkup terjadinya kekerasan kini telah menjangkau ranah pendidikan, tempat kerja, hingga tempat ibadah.

Seperti yang diketahui, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Anak adalah buah hati yang tak ternilai harganya bagi sebuah keluarga, sehingga menjaganya untuk tumbuh baik dan berkembang merupakan kewajiban mutlak bagi orang tua.

Berkolaborasi dengan fatayat jember, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), program Power to Youth yang digagas oleh TANOKER bersama dengan RUTGERS INDONESIA kembali melakukan kegiatan pelatihan dengan berfokus pada isu kekerasan berbasis gender.

Workshop  dengan tema “Pelatihan Poling Sebagai Media Advokasi dan Layanan Penanganan Kekerasan Anak” ini, diselenggarakan di Hotel Dafam Fortuna Jember yang berlangsung selama 2 hari mulai hari Sabtu, (24-25/6).

Acara ini dihadiri oleh organisasi islam seperti Fatayat dan Aisyiah,  Forum Anak Desa (FAD), Dinas Kesehatan, Dinas Sosial Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Perempuan, serta perwakilan dari lembaga pendidikan tingkat universitas, khususnya yang berada di Kabupaten Jember diantaranya Universitas Islam Jember, Universitas Islam Negri-Jember, PGRI dan Universitas Muhammadiyah.

Laily Abida, S. Psi., M.Psi., Psikolog, selaku ketua LKP3A Fatayat Kabupaten Bondowoso, untuk kesekian kali dipercaya sebagai narasumber untuk penguatan kapasitas tenaga pendamping dari POLING atau jejaring dari LKP3A fatayat yang fokus pada isu kekerasan berbasis gender.

Wakil ketua 1 STAIMA Al-Hikam tersebut memaparkan terkait regulasi, strategi, hingga rujukan bantuan baik hukum maupun psikologis yang dibutuhkan oleh perempuan dan anak jika menjadi korban kekerasan berbasis gender. Beliau juga menyampaikan harapannya terkait mampunya lembaga pendidikan setingkat universitas dalam melahirkan SDM yang berkualitas untuk menanggulangi kasus kekerasan pada anak.

“Lembaga pendidikan khususnya universitas sejatinya sangat mampu mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) unggul yang dapat difokuskan pada pencegahan dan penangan kasus kekerasan,” Ungkapnya.

Belakangan ini kasus kekerasan tehadap anak sering terjadi baik berupa fisik, seksual, penganiayaan emosional, atau pengabaian terhadap anak. Sehingga sejak setahun terakhir, hal ini turut menjadi fokus dan dedikasi bagi Ning Abida. Kekerasan pada anak bisa memunculkan masalah fisik maupun psikologis yang serius pada si anak di kemudian harinya. Secara fisik mungkin bisa dilihat dari sekujur tubuhnya apakah ada tanda-tanda bekas kekerasan. Secara psikis, anak yang menjadi korban kekerasan dapat mengalami masalah kejiwaan.

“Saya berharap pelatihan POLING tersebut memberikan pengetahuan tentang layanan penanganan kekerasan terhadap anak dan dapat semakin memperluas jaringan baik secara individu maupun lembaga, sesuai dengan kompetensi masing-masing. Hal ini juga dapat dimaksimalkan sebagai peluang pengabdian bagi tugas Tridharma Perguruan Tinggi”, tambah wanita kelahiran malang tersebut.